Terdengar lontaran keluh-kesah kekecewaan dari seorang peserta Pesantren Romadlon yang diselenggarakan sebuah organisasi kemasjidan, bahwa menjadi guru di era kurikulum 2013 sangat enak, sementara muridnya semakin sibuk dan bahkan seolah tak sempat bernafas, lantaran semakin padatnya
tugas-tugas yang diberikan guru-gurunya. Fakta tersebut menjadi semakin menghentak hati dan pikiran saya ketika peserta lainnya juga mengamininya.
Tak bijak rasanya kalau lontaran tersebut hanya dilewati begitu saja. Akhirnya, di sela-sela materi yang saya sampaikan, saya gunakan beberapa menit untuk mengorek berbagai hal yang dialami para murid di sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013.
Dari beberapa informasi yang diterima, dapat disimpulkan bahwa:
tugas-tugas yang diberikan guru-gurunya. Fakta tersebut menjadi semakin menghentak hati dan pikiran saya ketika peserta lainnya juga mengamininya.
Tak bijak rasanya kalau lontaran tersebut hanya dilewati begitu saja. Akhirnya, di sela-sela materi yang saya sampaikan, saya gunakan beberapa menit untuk mengorek berbagai hal yang dialami para murid di sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013.
Dari beberapa informasi yang diterima, dapat disimpulkan bahwa:
- Para murid tidak suka dengan perubahan kurikulum yang menurut mereka semakin (sangat) memberatkan.
- Para guru hampir tidak menguasai benar substansi kurikulum 2013.
- Program pemberdayaan guru yang dikomandani oleh Pemerintah dapat disimpulkan gagal.
Nah...
Sekelumit fakta dari subyek yang sangat terbatas tersebut, mungkin tidak merepresentasi keseluruhan sekolah di Indonesia. Tetapi, apapun keadaannya, hal tersebut patut untuk disikapi bersama agar Kurikulum 2013 yang memiliki idealitas tinggi bagi penegakan nilai-nilai karakter benar-benar dapat direalisasikan dengan sebaik-baiknya.
Bondowoso, 13 Romadlon 1435 H.
Al Faqir
Komentar