Langsung ke konten utama

Komponen Sistem: Peran dan Fungsinya Sama? (Sekolahku Gagal, bag. 10)


Setidak-tidaknya terdapat enam hal penting dari sebuah sistem, antara lain:
  1. Sistem terdiri komponen-komponen yang saling berintegrasi;
  2. Sistem terdiri dari bagian-bagian yang berinteraksi secara interdependesif;
  3. Setiap sistem memiliki tujuan yang terarah;
  4. “Statis” adalah sifat hakiki kerangka sistem;
  5. Eksistensi nilai-nilai alamiah dan ruhiah adalah potensi eksternal yang akan menjadi “judgement” apakah sistem tersebut dapat survive atau tidak;
  6. Kesadaran dinamis setiap komponen untuk menghidupkan totalitas sistem merupakan “driven” bagi kesempurnaan sistem itu sendiri.
 Ibarat jasad manusia yang telah ditinggal ruh, keberadaannya sama sekali tidak bermakna apa-apa. Demikian juga dengan sistem. Kerangka sistem bagaikan jasad yang eksistensinya mati apabila tidak ada sentuhan ruh. Dalam konteks ini, tidak ada komponen sistem yang lebih utama atau dipentingkan daripada komponen lainnya. Keberadaan semua bagian sama-sama seimbang dan utama dalam mendukung keberhasilan sistem. Tidak ada yang memiliki peran dan fungsi lebih dominan antara satu dengan lainnya. Semangat kebersamaan, keseimbangan, sense of belonging, sadar diri dan berjuang meraih kebaikan serta berintegrasi dengan tatanan nilai alamiah dan ruhiah merupakan kunci pokok keberhassilan sistem yang pada hakikatnya keberhasilan bersama semua komponen atau bagian.
Sudah menjadi suratan takdir bahwa relasi terintegrasi dan interdependensif suatu saat pasti tidak terlepas dari polemik dan trend-trend yang saling berseberangan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
  1. Sistem dihuni oleh komponen yang memang berbeda secara fitrah;
  2. Perbedaan yang fitrah tersebut berdampak pada wawasan, point of view, persepsi, ilustrasi, deskripsi dan sikap serta perilaku yang berbeda dari masing-masing bagian;
  3. Sistem berada dan berkembang dalam suatu ruang dan waktu yang dinamis dan tanpa henti lengkap dengan karakter perkembangan itu sendiri;
  4. Kurang jelasnya deskripsi sebuah sistem;
  5. Inconsistency bagian-bagian sistem dalam menerapkan prinsip-prinsip sistem;
  6. Bertumpunya pola pikir rasional terhadap sistem yang terlalu kuat dengan mengabaikan potensi alamiah dan ruhiah;
  7. 7.  Kuatnya budaya-budaya tertentu yang mengabaikan atau memandang rendah hakikat sistem;
  8. Adanya tekanan, baik internal maupun eksternal yang tidak terkendali; 
  9. Bercampur aduknya antara kepentingan professional, personal dan sosial yang tidak seimbang (tidak adil)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wiro Sableng #98 : Rahasia Cinta Tua Gila

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Episode : TUA GILA DARI ANDALAS SATU Sepasang mata Sabai Nan Rancak memandang tak berkesip pada orang bercadar yang tegak di hadapannya. Dia seolah berusaha menembus cadar untuk melihat wajah orang berpakaian serba kuning itu, untuk mengetahui siapa orang ini adanya. "Siang telah bergerak menuju petang. Terima kasih kau telah sudi datang memenuhi undangan." Si cadar kuning berkata. Sabai Nan Rancak memasang telinganya baik-baik. Sebelumnya dia telah beberapa kali bertemu dengan orang ini dan telah beberapa kali pula mendengar suaranya. Dalam hati Sabai Nan Rancak berkata. "Aku masih belum bisa memastikan apakah orang ini lelaki atau perempuan. Kalau bicara kata-katanya seperti berpantun. Setiap bicara agaknya dia mengerahkan tenaga dalam untuk menutupi suara aslinya. Namun berat dugaanku dia seorang perempuan." "Waktuku tidak banyak. Ada beberapa urusan penting menungguku. Jadi kuhar

ORANG BESAR

Orang "besar" keturunan orang "besar" itu sudah biasa, karena mereka memang memiliki kesempatan terbuka untuk meraihnya. Tetapi menjadi "besar" di bawah sempitnya kesempatan memilikinya adalah luar biasa. Ketahuilah, bahwa setiap orang berhak meraihnya, apapun keadaannya. Bondowoso, Mei 2014 Al faqir

Malaikat Kecil

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan." Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Lala tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada ?cooling effect? (menurunkan panas dalam). Aku mengambil mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama Papa." Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata ?Papa, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku habi