Langsung ke konten utama

Berselingkuhlah! (Sekolahku Gagal, bagian 8)


Ibarat sebuah keluarga, pimpinan dan para stafnya tidak saja harus berpikir fokus pada satu istri, melainkan pada istri-istri lainnya. Setiap pimpinan pasti berhadapan dengan kompleksitas potensi dan masalah yang melingkupinya. Potensi dan masalah yang mengirinya tersebut, merupakan dua kekuatan besar yang perlu diperhatikan secara proporsional dan aktif. Fokus pada satu hal akan berakibat fatal pada hal yang lain. Komitmen terhadap
tugas bukan berarti bahwa setiap ruang dan waktunya hanya untuk tugas tersebut, melainkan juga harus mencurahkan segenap kemampuannya untuk menghadapi hal-hal lain diluar tugas tersebut. Ini adalah hakikat dari eksistensi manusia, dimana sejak kelahirannya sudah dihadapkan dengan kompleksitas lingkungan yang harus dihadapi, bahkan secara individual setiap diri terdiri dari kompleksitas fenomena, masalah dan tendensi dari setiap komponen dinamis kediriannya. Dan semuanya terjalin secara integratif dan interdependensif. Dengan demikian, “perselingkuhan” dalam konteks diri dan sosial untuk tugas-tugas tertentu, baik dalam skala diri maupun sosial merupakan suatu keharusan. Inilah yang disebut pola sistemik eksistensi manusia.
Dunia pendidikan dan persekolahan merupakan suatu sub sistem pemberdayaan manusia dan sekaligus sistem yang memayungi komponen-komponen yang terlibat dalam penerjemahan tujuan dan program-programnya. Sebagai sub sistem, sistem sekolah tidak hanya berpikir egosentris, dimana sekolah memandang diri lebih dibutuhkan dibanding sub sistem lainnya, karena bagaimanapun out-put dan out-come nya akan terlihat bermakna jika telah bersinergi dengan dunia nyata sub sistem lainnya. Dengan demikian, pola pikir sinergitas (perselingkuhan) menjadi sangat bermakna dan penting untuk diimplementasi setiap lembaga pendidikan. Jika tidak demikian, sekolah gagal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wiro Sableng #98 : Rahasia Cinta Tua Gila

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Episode : TUA GILA DARI ANDALAS SATU Sepasang mata Sabai Nan Rancak memandang tak berkesip pada orang bercadar yang tegak di hadapannya. Dia seolah berusaha menembus cadar untuk melihat wajah orang berpakaian serba kuning itu, untuk mengetahui siapa orang ini adanya. "Siang telah bergerak menuju petang. Terima kasih kau telah sudi datang memenuhi undangan." Si cadar kuning berkata. Sabai Nan Rancak memasang telinganya baik-baik. Sebelumnya dia telah beberapa kali bertemu dengan orang ini dan telah beberapa kali pula mendengar suaranya. Dalam hati Sabai Nan Rancak berkata. "Aku masih belum bisa memastikan apakah orang ini lelaki atau perempuan. Kalau bicara kata-katanya seperti berpantun. Setiap bicara agaknya dia mengerahkan tenaga dalam untuk menutupi suara aslinya. Namun berat dugaanku dia seorang perempuan." "Waktuku tidak banyak. Ada beberapa urusan penting menungguku. Jadi kuhar

ORANG BESAR

Orang "besar" keturunan orang "besar" itu sudah biasa, karena mereka memang memiliki kesempatan terbuka untuk meraihnya. Tetapi menjadi "besar" di bawah sempitnya kesempatan memilikinya adalah luar biasa. Ketahuilah, bahwa setiap orang berhak meraihnya, apapun keadaannya. Bondowoso, Mei 2014 Al faqir

Malaikat Kecil

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan." Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Lala tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada ?cooling effect? (menurunkan panas dalam). Aku mengambil mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama Papa." Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata ?Papa, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku habi