Tidak ada profesi yang lebih mulia dari pada
profesi pendidik. Kemulian tersebut tidak datang secara otomatis, melainkan
harus diperjuangkan. Tujuan perjuangan tersebut hanya satu, yakni memuliakan
manusia yang memang sudah mulia sejak penciptannya. Pendidik adalah kholifah, yang berkewajiban untuk
mensyiarkan kebenaran dengan kesanggupan untuk menjadi teladan atas kebenaran
itu
sendiri. Pendidik bukanlah pekerja di sebuah perusahaan, yang pekerjaannya sudah terikat dengan
manajemen mekanikal. Pendidik adalah pelaku keteladanan, yang bertugas untuk
melakukan transformasi kebenaran tidak sekedar secara lisan dengan bantuan
media, peraga atau alat-alat canggih lainnya, melainkan transformasi behavioral. Lebih jauh pendidik adalah
seseorang yang termotivasi untuk menerapkan konsep-konsep ilahiyah dan qolbiyah
dalam setiap implementasi manajemen pendidikan, pengajaran dan kelasnya.
Pendidik selalu berhadapan dengan manusia,
bukan mesin. Manusia dengan individualitasnya merupakan individu yang berbeda
satu dengan lainnya. Perbedaan itulah yang menjadikan mereka unik. Pendidik
yang adil adalah pendidik yang berusaha untuk menampilkan performansi terbaiknya dengan penyikapan berbeda terhadap
masing-masing murid. Murid adalah individu yang dinamis. Dinamika tersebut
terjadi karena dua hal, yakni karena setiap individu dibekali dengan potensi
yang berbeda dan karena manusia merupakan makhluk sosial, yang perkembangannya
masih sangat tergantung kepada aspek lain di luar dirinya.
Kesadaran atas hal tersebut menjadikan
tanggungjawab pendidik tidak dibatasi ruang dan waktu. Pendidik tetap menjadi
pendidik saat mereka di kelas,
di luar kelas, saat sudah pulang dari sekolah
bahkan saat murid-murid mereka sedang terlelap dalam mimpi indah di tidur malamnya. Pendidik masih tetap pendidik
hingga ajal
menjemputnya. Itulah alasan
mengapa pendidik disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Pahlawan yang
jasanya justru akan terkenang selama-lamanya bahkan akan menjadi kejutan baginya di akhirat
karena terdapat
panggilan tiba-tiba oleh
gundukan sebesar gunung pahala jariyahnya dan mengajaknya menuju surga-Nya.
Pendidik adalah manusia yang selalu menyesali
diri atas ketidaksempurnaan performansinya di kelas dan bangga dengan rencana baru yang lebih baik.
Pendidik adalah individu yang terus haus terhadap IPTEK dan terus mengejarnya
untuk dialihkan kepada murid-muridnya. Pendidik adalah orang yang berusaha
bersabar karena petuahnya kurang mendapat respon dari para murid, karena mereka
sadar bahwa tugasnya hanya menyampaikan dan mendoakannya serta sadar bahwa
hanya Tuhanlah yang memiliki kemampuan untuk merubahnya. Pendidik adalah insan
yang siap dengan lelah tetapi asyik-masyuk dengan
profesinya karena sadar bahwa kesejahteraan hanya menjadi haknya, bukan orang
lain.
Disinilah makna “digugu” dan “ditiru”.
Penilaian profesi sudah mencakup keseluruhan aspek tersebut. Faktanya?
Barangkali
hal ini merupakan penyebab gagalnya tugas para pendidik, walaupun sertifikat
tersebut sudah dalam
genggamannya.
Komentar