Langsung ke konten utama

Lelah atau Pahala Berlimpah (Sekolahku Gagal Bag. 6)


Tidak ada profesi yang lebih mulia dari pada profesi pendidik. Kemulian tersebut tidak datang secara otomatis, melainkan harus diperjuangkan. Tujuan perjuangan tersebut hanya satu, yakni memuliakan manusia yang memang sudah mulia sejak penciptannya. Pendidik adalah kholifah, yang berkewajiban untuk mensyiarkan kebenaran dengan kesanggupan untuk menjadi teladan atas kebenaran itu
sendiri. Pendidik bukanlah pekerja di sebuah perusahaan, yang pekerjaannya sudah terikat dengan manajemen mekanikal. Pendidik adalah pelaku keteladanan, yang bertugas untuk melakukan transformasi kebenaran tidak sekedar secara lisan dengan bantuan media, peraga atau alat-alat canggih lainnya, melainkan transformasi behavioral. Lebih jauh pendidik adalah seseorang yang termotivasi untuk menerapkan konsep-konsep ilahiyah dan qolbiyah dalam setiap implementasi manajemen pendidikan, pengajaran dan kelasnya.
Pendidik selalu berhadapan dengan manusia, bukan mesin. Manusia dengan individualitasnya merupakan individu yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itulah yang menjadikan mereka unik. Pendidik yang adil adalah pendidik yang berusaha untuk menampilkan performansi terbaiknya dengan penyikapan berbeda terhadap masing-masing murid. Murid adalah individu yang dinamis. Dinamika tersebut terjadi karena dua hal, yakni karena setiap individu dibekali dengan potensi yang berbeda dan karena manusia merupakan makhluk sosial, yang perkembangannya masih sangat tergantung kepada aspek lain di luar dirinya.
Kesadaran atas hal tersebut menjadikan tanggungjawab pendidik tidak dibatasi ruang dan waktu. Pendidik tetap menjadi pendidik saat mereka di kelas, di luar kelas, saat sudah pulang dari sekolah bahkan saat murid-murid mereka sedang terlelap dalam mimpi indah di tidur malamnya. Pendidik masih tetap pendidik hingga ajal menjemputnya. Itulah alasan mengapa pendidik disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Pahlawan yang jasanya justru akan terkenang selama-lamanya bahkan akan menjadi kejutan baginya di akhirat karena terdapat panggilan tiba-tiba oleh gundukan sebesar gunung pahala jariyahnya dan mengajaknya menuju surga-Nya.
Pendidik adalah manusia yang selalu menyesali diri atas ketidaksempurnaan performansinya di kelas dan bangga dengan rencana baru yang lebih baik. Pendidik adalah individu yang terus haus terhadap IPTEK dan terus mengejarnya untuk dialihkan kepada murid-muridnya. Pendidik adalah orang yang berusaha bersabar karena petuahnya kurang mendapat respon dari para murid, karena mereka sadar bahwa tugasnya hanya menyampaikan dan mendoakannya serta sadar bahwa hanya Tuhanlah yang memiliki kemampuan untuk merubahnya. Pendidik adalah insan yang siap dengan lelah tetapi asyik-masyuk dengan profesinya karena sadar bahwa kesejahteraan hanya menjadi haknya, bukan orang lain.
Disinilah makna “digugu” dan “ditiru”. Penilaian profesi sudah mencakup keseluruhan aspek tersebut. Faktanya?
Barangkali hal ini merupakan penyebab gagalnya tugas para pendidik, walaupun sertifikat tersebut sudah dalam genggamannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wiro Sableng #98 : Rahasia Cinta Tua Gila

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Episode : TUA GILA DARI ANDALAS SATU Sepasang mata Sabai Nan Rancak memandang tak berkesip pada orang bercadar yang tegak di hadapannya. Dia seolah berusaha menembus cadar untuk melihat wajah orang berpakaian serba kuning itu, untuk mengetahui siapa orang ini adanya. "Siang telah bergerak menuju petang. Terima kasih kau telah sudi datang memenuhi undangan." Si cadar kuning berkata. Sabai Nan Rancak memasang telinganya baik-baik. Sebelumnya dia telah beberapa kali bertemu dengan orang ini dan telah beberapa kali pula mendengar suaranya. Dalam hati Sabai Nan Rancak berkata. "Aku masih belum bisa memastikan apakah orang ini lelaki atau perempuan. Kalau bicara kata-katanya seperti berpantun. Setiap bicara agaknya dia mengerahkan tenaga dalam untuk menutupi suara aslinya. Namun berat dugaanku dia seorang perempuan." "Waktuku tidak banyak. Ada beberapa urusan penting menungguku. Jadi kuhar

Malaikat Kecil

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan." Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Lala tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada ?cooling effect? (menurunkan panas dalam). Aku mengambil mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama Papa." Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata ?Papa, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku habi

ORANG BESAR

Orang "besar" keturunan orang "besar" itu sudah biasa, karena mereka memang memiliki kesempatan terbuka untuk meraihnya. Tetapi menjadi "besar" di bawah sempitnya kesempatan memilikinya adalah luar biasa. Ketahuilah, bahwa setiap orang berhak meraihnya, apapun keadaannya. Bondowoso, Mei 2014 Al faqir