Langsung ke konten utama

Just Do It. Semua Beres

selesai. Kita seringkali menghitung waktu secara matematis, dan ternyata waktu 24 jam / haripun tidak cukup. Bebanpun akan terasa semakin berat saat pimpinan selalu mondar-mandi mengawasi kita. Waduh......

Sebenarnya, pimpinan/atasan/kolega memberikan tugas karena mereka percaya kita. Mereka percaya bahwa kita mampu dan layak mendapatkan tugas itu. Mereka paham kompetensi kita, dan mengakuinya melalui tugas-tugas itu. Dengan demikian, hal pertama yang dapat meringankan tugas kita adalah bersikap positif terhadap tugas-tugas itu, terutama kepada mereka.

Selanjutnya, lakukan saja dan jangan terlalu banyak dipikirkan (kuantitas) tugasnya. Bagaimanapun tugas harus selesai. Jangan tambah beban kita dengan pikiran yang memberatkan kita. Sekali lagi lakukan saja (Just do it!). Jika kita dapat melakukannya, hal ini akan menjadi pertimbangan tersendiri dari mereka. Atau setidaknya, kita sudah berusaha melakukannya dengan sebaik-baiknya. 

Lakukanlah pekerjaan dengan suasana hati yang menyenangkan. Seutas senyum yang mewarnai kesibukan kita menyelesaikan tugas, memberi nilai positip, tidak saja bagi kita, tetapi bagi orang di sekitar kita, terutama para atasan kita. Bangunan suasana positip tersebut akan menjadi motivasi tersendiri bagi penyelesaian tugas kita saat ini dan dimasa depan.

Bersikap terbuka dan jujur adalah hal berikutnya. Menyelesaikan tugas, apalagi yang berat dan tiba-tiba pasti menguras tenaga, waktu dan pikiran yang tidak sedikit. Karenanya, kita harus yakin bahwa di sekitar kita masih banyak kolega kita yang dapat membantu melengkapi kelemahan kita. Nyatakan secara jujur dan terbuka bahwa kita membutuhkannya dan yakinkan mereka kalau mereka bisa membantu.

Terakhir, kita harus sadar bahwa kehidupan terjadi karena terdapat dinamika di dalamnya. Dan dinimika tersebut akan semakin bermakna ketika kita menyikapi setiap beban sebagai tantangan, yang akan menyempurnakan ketidaksempurnaan kita. Dengan demikian, syukuri saja, karena tidak semua orang diberi kesempatan belajar untuk menyempurnakan ilmu kita dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sukses Selalu Menyambut orang-orang yang sabar, sadar dan arif menyikapi tantangan. Just do it!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wiro Sableng #98 : Rahasia Cinta Tua Gila

WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Episode : TUA GILA DARI ANDALAS SATU Sepasang mata Sabai Nan Rancak memandang tak berkesip pada orang bercadar yang tegak di hadapannya. Dia seolah berusaha menembus cadar untuk melihat wajah orang berpakaian serba kuning itu, untuk mengetahui siapa orang ini adanya. "Siang telah bergerak menuju petang. Terima kasih kau telah sudi datang memenuhi undangan." Si cadar kuning berkata. Sabai Nan Rancak memasang telinganya baik-baik. Sebelumnya dia telah beberapa kali bertemu dengan orang ini dan telah beberapa kali pula mendengar suaranya. Dalam hati Sabai Nan Rancak berkata. "Aku masih belum bisa memastikan apakah orang ini lelaki atau perempuan. Kalau bicara kata-katanya seperti berpantun. Setiap bicara agaknya dia mengerahkan tenaga dalam untuk menutupi suara aslinya. Namun berat dugaanku dia seorang perempuan." "Waktuku tidak banyak. Ada beberapa urusan penting menungguku. Jadi kuhar

Malaikat Kecil

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, "Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan." Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya, namanya Lala tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (curd rice). Lala anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibuku dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada ?cooling effect? (menurunkan panas dalam). Aku mengambil mangkok dan berkata, "Lala sayang, demi Papa, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti Mamamu akan teriak2 sama Papa." Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Lala mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata ?Papa, aku akan makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan aku habi

ORANG BESAR

Orang "besar" keturunan orang "besar" itu sudah biasa, karena mereka memang memiliki kesempatan terbuka untuk meraihnya. Tetapi menjadi "besar" di bawah sempitnya kesempatan memilikinya adalah luar biasa. Ketahuilah, bahwa setiap orang berhak meraihnya, apapun keadaannya. Bondowoso, Mei 2014 Al faqir